Lini depan Timnas Indonesia mendapat sorotan setelah tersingkir dari Piala AFF 2024. Tim Garuda menjadi satu-satunya tim yang tidak berhasil mencetak gol dari permainan terbuka (open play).
Anak asuh Shin Tae-yong tersebut hanya mampu mencetak empat gol dalam empat pertandingan di Piala AFF 2024. Tiga di antaranya berasal dari lemparan jauh Pratama Arhan yang diselesaikan oleh pemain bertahan, sementara satu gol lainnya tercipta akibat gol bunuh diri.
Komposisi lini depan yang dihuni oleh Rafael Struick, Ronaldo Kwateh, Hokky Caraka, dan Arkhan Kaka tampil mengecewakan. Para pemain ini kesulitan mencetak gol sepanjang penyisihan grup.
Yang lebih ironis, Timnas Indonesia tercatat sebagai tim dengan koleksi kartu merah terbanyak di fase grup. Marselino Ferdinan menerima dua kartu merah, satu saat melawan Laos dan satu lagi dari Muhammad Ferarri saat melawan Filipina.
Penyerang lokal tergeser oleh pemain asing
Minimnya kontribusi dari lini serang Timnas Indonesia membuat mantan pelatih Persis Solo, Rasiman, merasa prihatin. Pelatih asal Banjarnegara, Jawa Tengah itu menyebut ada satu faktor yang membuat Garuda kesulitan memiliki penyerang tajam di era sekarang.
“Untuk striker, lini depan Indonesia akan terus kesulitan mencari atau menghasilkan striker berkualitas karena dari 18 tim di Liga.
Tidak Ada Pilihan Lain
Selain itu, nama-nama seperti Arkhan Kaka dan Ronaldo Kwateh yang juga dibawa ke Piala AFF 2024 ternyata tidak lebih baik dari pemain yang telah disebutkan sebelumnya. Ayah kandung gelandang Persija Jakarta, Syahrian Abimanyu, menilai kedua talenta muda tersebut kurang pengalaman.
“Selain itu, saya rasa mereka belum siap, Arkhan Kaka tidak bermain di liga, sementara Ronaldo Kwateh masih menjadi pertanyaan besar karena baru kembali dari cedera. Itu menjadi catatan penting, jadi masalah ini bukan hanya soal tim, tetapi tentang arah perkembangan sepak bola kita ke depannya,” kata Rasiman.